beruntunglah aku karena rindu tak berwujud, bila iya, kau tak tahu dimana mesti menyimpannya. Mungkin rindu akan membentuk gundukan di dekat pintu keluar kamar, hingga aku tak bisa pergi kemana-kemana selain terus meratapi kehadirannya.

4 tahun sudah, dan aku tak tahu masih berapa lama lagi aku mesti bergelut dengan perasaan semacam ini.


Pak, Aku tak pernah meminta matahari, tapi Tuhan menghadirkannya di semua pagi yang aku jalani, Hujan kadang turun tanpa aku menengadahkan tangan memohon untuk kedatangannya, tapi Tuhan terus menghadirkannya sebagai sebuah berkah dalam untuk kehidupan. Sedagkan pertemuan dengan engkau dan ibu,sesuatu yang sangat aku dambakan tak pernah lupa kesebut dalam semua doaku, mengapa tak kunjung dikabulkan  ? Aku membutuhkanmu sama besar dengan butuhku atas matahari dan hujan.

Pak, aku tahu betul kau berpura-pura saat mengatakan bahwa semua baik -baik saja. aku tahu betul kau berpura-pura tenang dan terus berusaha berbicara sesantai biasanya dalam setiap pembicaraan jarak jauh kita. Berpura-pura jugakah engkau saat mengatakan betapa bangga kau punya anak sepertiku ?

Tak apa bila aku masih harus terus sendiri disini, asalkan waktu berhenti bergulir di tempat engkau dan ibu menjejakkan kaki. Hingga ketika aku telah cukup dewasa kau dan ibu belum terlalu tua untuk sekedar bersenda gurau bersama.

Tahukah dalam setiap sunyi yang kuingat hanya aroma tubuhmu, yang kuingin hanya berbaring dipangkuanmu, yang kunanti hanya merdu suara mengajimu. Dalam setiap airmata yang kuingat hanya lembutnya tangan ibu, yang kumau hanya masakan yang tiada tandingannya di dunia, yang kunanti hanya nasihat-nasihatnya  yang setia diulang sebelum aku berangkat sekolah.

Tak apa, sekarang aku mau dimarahi setiap hari, diberi perintah paling sulit dirumah, dipaksa mendengar nasihat tuanya setiap pagi, sungguh setelah tak pernah terulang semua itu adalah yang paling kurindu.

Pak, Bu, maaf bila kian hari aku menjadi kian cengeng.