DIALOG MATA
Senin, Juni 20, 2016Tiba tiba aku merasa perlu memandangi potret perempuan itu berlama-lama
Merasakan ia
bicara
Ihwal pergumulan
paling hangat saban senja
Ketika lengan
kekasihnya tak henti meraba apa yang bisa diraba
Tersungkur di
selangkangan satu sama lain dengan manja
Cinta menjadi
sesuatu yang tak perlu dirapal antara mereka
Khawatir ternoda
oleh bumbu birahi atas nama kesakralannya
Dalam hitam
putihnya ia mulai merangkai kisah yang pasi
Tentang
musim-musim paling merajam hati
Ia merasa tak
pernah pergi sekalipun kekasihnya melihat ia berlari
Ia merasa melukai
diri sendiri
Walau pisau di
lengannya jelas menyayat sang kekasih tepat di nadi
Lalu keduanya
merasa sama-sama mati
Dengan caranya
sendiri-sendiri
Potret Perempuan
itu menatapku dengan senyum canggung
Dimintanya aku
menjadi raga bagi jiwanya yang terpasung
Membangunkan sang
kekasih dari hidup mati nan bingung
Di hatiku sudah
menari haru tak tertanggung
Merasai keduanya
saling kecup lewat ragaku yang limbung
Lamat-lamat saling
dekap menyingkap rindu setinggi gunung
Aku sunyi menghayati
keduanya dengan perasaan asing berdengung
0 komentar