REVIEW NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI

Jumat, April 28, 2017



Judul Buku      : Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Penulis             : Yusi Avianto Pareanom
Penerbit           : Banana
Tahun              : Cetakan Pertama, Maret 2016.



Pernah mendengar kisah Nabi Yunus yang ditelan ikan paus? Masih ingat kisah si Tumang yang ingin menikahi ibunya sendiri? Bagaimana dengan kisah kecantikan Ratu Cleopatra yang termasyhur dari negeri jauh sana? Pernah tahu, bukan? 

Pernah membayangkan kisah-kisah di atas, dan banyak kisah lainnya, digabungkan dalam satu alur cerita? Lewat novel perdananya, Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang apik ke hadapan kita.
Sungu Lembu, si ‘aku’ dalam buku ini adalah tokoh yang hidup dengan memelihara dendam. Ia adalah pangeran dari kerajaan Banjaran Waru, sebuah kerajaan kecil yang malangnya digilas oleh Kerajaan Gilingwesi. Melihat tanah kelahirannya porak poranda dan orang-orang yang ia sayang menderita, Sungu Lembu bertekad membalas dendam dengan memenggal kepala Watugunung, raja Gilingwesi yang amat perkasa. 

Keinginan menjadikan kepala Watugunung sebagai keset mengantarkan Sungu Lembu pada perjalanan penuh suka dan nestapa bersama Raden Mandasia. Pangeran ke-12 dari Gilingwesi tersebut memiliki kegemaran yang tak lazim. Ia gemar mencuri daging sapi dengan memotong langsung daging dari sapi-sapi yang sedang nikmat menyantap rumput atau tentram mengaso di dekat kandang. 

Perjalanan juga mempertemukan Sungu Lembu dan Raden Mandasia dengan Loki Tua. Juru masak yang sesungguhnya tak bisa disebut tua ini membuat perjalan mereka semakin menggairahkan untuk diikuti.

Dituturkan dengan demikian luwes dan jenaka, Pareanom berhasil memadukan dongeng istanasentris khas Melayu dengan dongeng-dongeng populer dari berbagai kebudayaan lain. Membaca novel setebal 448 halaman ini akan membuat banyak hal dalam diri kita berkecamuk; emosi, imajinasi dan birahi. “Anjing betul” ujar Sungu Lembu, segeralah membaca dan larut dalam dendam yang dibawanya dan juga tersenyum kecut pada caranya menyikapi getir hidup.

You Might Also Like

1 komentar