OSPEK?
Rabu, Mei 11, 2016Beberapa hari yang lalu saya membuat tulisan tentang kegundahan saya sesudah memutuskan mengangkat beban sebagai ketua panitia ospek FISIP di pundak saya. Hari ini beban itu tidak lagi ada pada saya. Saya percaya beban itu diambil dari saya karena saya memang belum cukup kuat untuk menjalankannya. Saya sangat-sangat ikhlas. Tidak ada alasan bagi saya untuk bersedih, apalagi merasa kalah. Yang membuat saya bersedih pada akhirnya bukanlah hilangnya jabatan sebagai ketua PKK, melainkan anggapan-anggapan yang berkembang seolah saya adalah pesakitan. Di tulisan ini, saya hanya ingin berkeluh kesah untuk menghibur diri sendiri.
Menjadi Ketua Ospek
Saya bukan manusia ambisius. Tidak terlintas sama sekali di pikiran saya niatan untuk mengajukan diri menjadi ketua. Saya sendiri pernah merasakan tidak ramahnya iklim kampus dan betapa sulitnya mengendalikan forum di sana. Ketika saya akhirnya memutuskan untuk menerima jabatan itu, tak lain dan tak bukan karena saya ingin diri saya terhindar dari perasaan bersalah jika kekosongan pengurus Ospek terus dibiarkan berlalurt-larut, sementara mahasiswa baru sudah menanti di depan mata. Di sisi lain saya juga adalah pengurus BEM, saya tidak sampai hati membiarkan teman-teman saya yang memang memegang tanggung jawab terkait Ospek ini semakin kebingungan karena time schedule yang mereka buat menjadi semrawut karena sepinya antusiasme warga fisip untuk hadir ke pleno pemilihan pengurus Ospek. Di malam sebelum akhirnya saya memutuskan datang ke sekretariat BEM dan 'menyerahkan diri' untuk menghadapi kerasnya forum PKK, saya berharap sudah ada orang lain yang bersedia menempati posisi itu, sehingga yang perlu saya lakukan hanyalah mengurungkan segala niatan.
Kontroversi
beberapa menit pasca pihak BEM mengeluarkan pengumuman terkait terpilihnya saya sebagai ketua PKK, saya sadar betul nama dan cara pemilihan saya menjadi bahan yang sedap untuk dipergunjingkan. Saya mengerti bahwa sesungguhnya yang sedang diserang adalah BEM yang dianggap sepihak dalam mengambil keputusan. Tapi saya membiarkan diri saya bersedih, seolah saya juga menjadi pihak yang diserang kala itu. Dan pada akhirnya memang demikian, betapa sedih saya menemukan orang-orang yang saya anggap teman membicarakan saya di berbagai tempat, seolah saya tidak akan mengetahuinya. Saya marah pada semua yang menggunjing, ingin sekali saya berteriak mempertanyakan kemana mereka saat kampus itu butuh mereka? Kenapa mereka tidak datang di 3 kali forum demokratis yang BEM lakukan? Kenapa mereka yang memutuskan untuk tidak peduli pada awalnya menjadi orang-orang yang paling lantang berbicara mempertanyakan posisi saya sebagai ketua ospek?
Dan Akhirnya....
Saya mesti mengaku sedikit banyak saya menyesal telah memutuskan untuk menjadi ketua Ospek. Tapi rasa tanggung jawab saya jauh lebih besar. Saya tahu bahwa setiap pilihan punya konsekuensinya sendiri-sendiri. Maka ketika di luar sana kontroversi masih berlangsung, saya memutuskan berhenti bersedih dan mulai mempelajari berkas-berkas ospek tahun lalu. Saya memang tidak punya pengalaman yang cukup untuk mengurus ospek, tapi saya tahu saya selalu punya waktu untuk belajar.
Ketika pada akhirnya forum klarifikasi yang diadakan BEM berubah menjadi forum pemilihan ulang, saya berharap untuk tidak terpilih kembali menjadi ketua. Kontradiktif memang, ketika di forum itu saya justru mengajukan diri lagi menjadi salah satu kandidat ketua. Tidak bisakah orang lain mengerti kenapa saya melakukan itu? Saya sungguh tidak mau lagi jadi ketua ospek. Tapi ternyata hati kecil saya lebih tidak mau organisasi tempat saya bernaung dianggap telah menunjuk saya secara paksa. Saya mendengar selentingan macam itu sudah merebak di sekitar kampus, maka yang saya bisa untuk melindungi organisasi saya adalah dengan mengajukan diri. Waktu itu sama sekali tidak terpikir oleh saya bahwa pengajuan diri tersebut membuat orang-orang menganggap saya demikian ambisius dan patut dikasihani ketika akhirnya tidak terpilih kembali. Sekarang, bolehkah saya memohon semua asumsi menyebalkan itu berhenti?
0 komentar