Maukah Kau Membetulkan Lagi Selimutku?

Minggu, Mei 10, 2020

Berbicara denganmu pernah jadi kegiatan penutup hari kesukaanku
Setiap malam aku menunggu dengan macam-macam cerita yang siap memburu
Hingga suatu hari ketika sapamu hilang dari rentetan telepon itu
Aku tahu bahwa kau tak hanya ditakdirkan jadi cinta pertamaku
Tapi juga digariskan jadi patah hati terhebat di hidupku

Sesekali aku masih terisak sembari menyebut namamu
Aku ingin kau lihat bagaimana buruknya aku menjalani hidupku yang baru
Aku mau kau dengar semua amarah yang kusimpan baik-baik di ujung lidahku
Aku berharap kau mengerti bahwa bahagia yang tercuri itu kubangun dengan menggadaikan kewarasanku
Tapi pada akhirnya aku tetap cemas semua itu akan menyayat hatimu
Memilih bungkam dan terus menjaga jarak nampaknya jadi bentuk pengabdianku yang paling utuh
Kau hanya boleh mengenalku sebagai anak manis nan penurut itu
Kau hanya akan mengingatku sebagai gadis yang tumbuh dengan lurus seperti isi munajatmu

"Jangan takut!" Katamu selalu
Lalu aku tumbuh dengan menekan perasaan seperti itu
Aku masih punya seribu khawatir, tentu,
Hanya saja aku belajar bahwa kau bukan tempat sempurna untuk mengadu
Kini ketika duniaku sering terasa abu-abu
Ketakutan terbesarku adalah bahwa aku takkan sanggup memaafkanmu

Kalau suatu hari aku memutuskan kembali ke rumahmu, bolehkah aku menangis sesukaku?
Simpan dulu larangan tersedu yang sering membuatku layu itu
Sebab seberapa seringpun aku membuang kesempatan untuk bisa bertemu
Diam-diam aku masih merindukan suara mengajimu, kudapan-kudapan aneh tapi lezat buatanmu, dan tangan yang selalu sedia membetulkan selimut ketika aku jauh berkelana di mimpi masa kecilku

Pak, Simple Plan selalu jadi band kesukaanku
Tapi tak pernah kukira bahwa di masa dewasaku lagu "Perfect" bisa jadi alasan hariku berubah sendu


You Might Also Like

0 komentar