#30DaysWritingChallenge Day 6 - Single and Happy

Minggu, September 20, 2020

Apakah saya bahagia hidup tanpa pasangan?
Bisa jadi iya, bisa jadi enggak. 
Satu yang pasti, saya bahagia karena akhirnya bisa pergi dari hubungan yang membuat saya kelewat sering menyakiti diri sendiri, bahkan bertahun-tahun setelah kisah itu dibuat seolah-olah selesai. 




Saya terakhir kali berstatus sebagai pacar orang kurang lebih 3 tahun lalu. Sayangnya, setelah bertahun-tahun putus saya dan mas mantan senang betul mencari-cari perkara dan meributkan hal yang tidak semestinya.

Apakah saya capek terlibat dalam debat yang saya sendiri enggak tahu bagaimana penyelesaian terbaiknya? Capek. Sangat. 

Semua yang terjadi di antara kami bahkan membuat saya takut memulai hubungan yang baru sampai hari ini. Hanya saja saya (sempat) enggak tahu bagaimana membuat semua kesia-siaan ini benar-benar berhenti. Bertahun-tahun lamanya mantan saya masih di sana; di kontak whatsapp, di DM instagram, dan yang jelas memenuhi isi kepala. 

Dulu saya paling enggak suka kalau harus putus silaturahmi dan sampai blokir-blokir nomor whatsapp. Tapi di awal tahun ini saya belajar kalau kewarasan diri harus selalu jadi yang utama. Memblokir nomor whatsapp bagi banyak orang mungkin terlihat kekanak-kanakan, tapi bagi saya dalam kasus mas mantan itu adalah bentuk penyelamatan diri yang amat diperlukan. 

Setelah kerap dibuat merasa tak punya harga diri 3 tahun lamanya, akhirnya saya sanggup memaksa diri untuk sekencang-kencangnya berlari. Setelah menghabiskan terlalu banyak energi untuk ribut-ribut yang bikin sakit hati, saya akhirnya punya cukup keberanian untuk memblokir semua akses komunikasi. 

Jujur saja ini terasa melegakan. Kadang suka terpikir kenapa enggak dari dulu saja saya memblokir nomornya? But it's okay, i guess. Toh pada akhirnya saya bisa menjadikan romansa kami yang hampir 5 tahun lamanya itu sebagai kenangan manis, bukan lagi sesuatu yang bikin meringis. Saya juga harus menghargai 3 tahun sesudahnya yang penuh keributan sebagai pelajaran yang mendewasakan. 

Hampir 3 tahun lamanya hidup tanpa pasangan, baru di awal tahun ini saya merasa jadi perempuan single dan terhindar dari kerumitan ala orang pacaran. Dan hingga 2020 hampir sampai di ujungnya saya masih tetap belum punya niatan untuk kembali menyapa. Enggak apa, saya rasa, saya dan dia akan sama-sama baik saja menghadapi masa depan. Kotak bekal kami sudah terisi penuh oleh pelajaran penting soal melepaskan dan merelakan. 

Sekali lagi;
Apakah saya bahagia hidup tanpa pasangan?
Bisa jadi iya, bisa jadi enggak. 
Satu yang pasti, saya bahagia karena akhirnya bisa pergi dari hubungan yang membuat saya kelewat sering menyakiti diri sendiri.

You Might Also Like

3 komentar