#30DaysWritingChallenge Day - Favorite Movie
Selasa, September 22, 2020Taare Zameen Par!
Saya akan selalu menyebutkan judul film yang dibintangi Aamir Khan ini kalau ada yang bertanya apa film favorit saya.
Sejujurnya saya bingung, sih, bagaimana memilih 1 film untuk jadi favorit dari sekian banyak judul yang sudah ditonton. Karena menonton sering saya lakukan untuk sekadar membunuh bosan, jadi enggak butuh waktu lama bagi saya melupakan jalan cerita, apalagi para pemain di dalamnya.
Kenapa Taare Zameen Par berbeda? Karena film ini jadi bahan skripsi saya. Film berdurasi lebih dari 2 jam ini sudah saya tonton lebih dari 10 kali dan bikin saya dapat gelar sarjana pula. Sampai sekarang saya ingat betul jalan cerita dan setiap tokoh lengkap dengan wataknya.
Taare Zameen Par bercerita tentang Ishaan, bocah SD yang hidupnya jadi rumit betul karena ia punya disleksi; itu loh, kelainan yang bikin seseorang kesulitan membaca. Buat orang-orang seperti Ishaan huruf dan angka selalu tampak berlarian ke sana ke mari sehingga sulit dipahami apa maknanya. Sialnya orang tua dan guru di sekolah Ishaan tidak menyadari masalah tersebut.
Apa yang dilakukan seorang anak ketika ia kesulitan melakukan suatu hal tapi tak tahu bagaimana cara menjelaskannya? Yap, berbuat kenakalan untuk mencari perhatian. Ishaan membolos, meledek guru, juga selalu ogah-ogahan saat diajari ibunya di rumah.
Apa yang terjadi pada Ishaan tentu tidak hanya membuat frustrasi Ishaan sendiri; guru-guru di sekolah pusing punya siswa yang serba tak bisa. Ibunya pusing memikirkan apa yang salah pada putra bungsunya. Ayahnya pusing karena kenakalan Ishaan bisa mencoreng nama baik keluarga. Sementara Yohan, kakak Ishaan, tak sampai hati melihat sang adik terus dimarahi dan dibanding-bandingkan dengan dirinya yang cukup berprestasi.
Singkat cerita, pihak sekolah menyarankan Ishaan untuk masuk SLB (Sekolah Luar Biasa) saja. Ishaan dipastikan akan tinggal kelas untuk kesekian kalinya dan pihak sekolah sudah tak bisa mentolerirnya lagi. Kedua Ishaan tentu marah sekaligus sedih karena merasa anak mereka sama seperti anak lainnya dan tak pantas masuk SLB.
Ishaan kemudian dimasukkan ke sebuah sekolah asrama yang terletak jauh dari rumahnya. Konon sekolah itu adalah sekolah yang memiliki tingkat kedisiplinan tinggi sehingga orang tua Ishaan percaya itu bisa menghilangkan semua kenakalan siswanya.
Alih-alih jadi semakin baik Ishaan justru jadi anak yang murung. Ia bahkan meninggalkan hobi menggambarnya, padahal Ishaan jelas memiliki talenta luar biasa di bidang tersebut. Yah, enggak sulit sih ya membayangkan kesedihan bocah SD yang harus tinggal jauh dari keluarganya sementara ia punya masalah yang tetap tak terjelaskan.
Beruntunglah sekolah baru Ishaan kedatangan Aamir Khan, guru muda yang punya pendekatan berbeda dalam mengajar. Dalam waktu singkat Aamir yang berperan sebagai guru kesenian sudah bisa mendeteksi masalah serius yang dialami salah satu siswanya. Setelah susah payah berusaha membuat Ishaan mau membuka diri, Aamir kemudian mengajari Ishaan membaca dengan metode khusus.
Perlahan-lahan Ishaan mulai bisa membaca. Ia juga mulai mau bergaul dan tidak lagi jadi anak yang murung. Berkat dorongan Aamir pula ia akhrnya mau kembali melukis.
Kisah Ishaan berakhir dengan bahagia. Ia mulai lancar membaca, Mata orang tuanya mulai terbuka dan mau menerima segala kekurangannya. Sayangnya di dunia nyata tak semua anak seberuntung Ishaan.
Lalu apa yang saya bedah dari film ini untuk skripsi saya? Saya coba mengkritik metode pembelajaran kita yang membuat pendidikan lebih terasa seperti kompetisi dan mereka yang punya starter kit kurang lengkap seperti Ishaan tersisih sejak garis awal. Mereka yang paling butuh bantuan justru jadi yang paling sering diabaikan.
Enggak tau sampe kapan Taare Zameen Par akan jadi film favorit saya. Pokoknya saya pasti sulit lupa rasanya pertama kali nonton film ini sampai nangis, lalu setelah nonton untuk kelima kali dan seterusnya mulai ngomel "yaelah, Shaaaan". Saya juga pastinya enggak akan lupa, dong, seminar proposal sampai sidang skripsi yang minim drama dan berujung dengan beberapa pujian dan nilai A 🥳
0 komentar