REVIEW NOVEL AROMA KARSA - DEE LESTARI

Minggu, Juli 25, 2021

Sekitar setahun yang lalu saya pernah menulis tentang cara saya memaknai aroma; sebagai cara mengenali dan menikmati kehadiran orang-orang yang saya sayangi, juga sebagai sesuatu yang paling sulit dilupa ketika mereka sudah menjauh dari radar kehidupan yang terbatas jangkauannya. 

Novel Aroma Karsa - Dee Lestari
sumber: https://www.gramedia.com/blog/10-kutipan-quotes-inspiratif-novel-aroma-karsa-dee-lestari/


Saya engga punya hidung super peka seperti Jati Wesi, tokoh utama novel Aroma Karsa. Saya juga engga punya perbendaharaan bebauan sekeren Tanaya Suma yang bikin konflik di novel setebal 700 halaman itu jadi makin kaya. Tapi saya sungguh takjub sama cara Dee Lestari menjadikan aroma sebagai premis utama di dalam novelnya.

Aroma Karsa karangan Dee Lestari bercerita tentang takdir yang berpilin antara Jati Wesi, Tanaya Suma, keluarga Prayagung, dan penghuni sebuah desa tak kasat mata di Gunung Lawu. Novel dibuka dengan perkenalan yang cukup mendalam atas tokoh-tokoh utamanya. Perkenalan itu juga sekaligus membangun sedikit demi sedikit latar belakang cerita yang sama sekali engga bisa dibilang sederhana.

Bayangkan, untuk tahu kenapa ibu angkat Tanaya Suma bisa punya perusahaan raksasa pembaca akan diajak mengintip kehidupan sebuah keraton di Jogja. Tidak ketinggalan sepenggal sejarah kerajaan tertua di Nusantara dan catatan petualangan arkeologi yang cukup bikin penasaran. Untuk membuat pembaca jatuh kagum kepada sosok Jati Wesi, Dee Lestari mengeksplorasi kehidupan di perkampungan Bantar Gebang. Sampah menggunung. Bau menyengat. Tapi alih-alih menutup hidung kita lebih suka menutup mata atas keberadaannya. Lalu soal Tanaya Suma, memahami bagaimana sebuah parfum tercipta akan memaksa pembaca memercik sejumput benci sebelum akhirnya sedikit demi sedikit menaruh hati pada tokoh yang satu ini. 

Puncak konflik Novel Aroma Karsa mulai terasa bersamaan dengan dimulainya sebuah ekspedisi yang dipimpin langsung oleh ibu angkat Tanaya Suma. Ekspedisi tersebut dilakukan untuk menemukan Bunga Aroma karsa yang sejak awal novel terus disinggung daya magisnya. Ekspedisi ini merupakan ekspedisi kedua, setelah ekspedisi puluhan tahun lalu yang gagal hingga memakan korban jiwa. 

Persiapan puluhan tahun tak menjadikan Ekspedisi Aroma Karsa 2 bebas dari hambatan. Masalah terus muncul bahkan sebelum tim menginjakkan kaki di pos pendakian Gunung Lawu. Meski sempat ragu, pada akhirnya ekspedisi terus berlanjut dan berlangsung dengan menegangkan. 

Mondar-mandir antara kehidupan bising Jakarta dan kehidupan bersahaja khas kerajaan di Jawa sudah menghadirkan pengalaman membaca yang melenakan. Menuju akhir cerita ternyata Dee Lestari mengajak pembaca berkelana lebih jauh lagi, membedah segala misteri gunung-gunung tua yang masih kerap kita dengar hingga hari ini. Desa misterius yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu, siluman harimau, manusia-manusia yang dapat melompat lebih tinggi dari nalar manusia, dan masih banyak lagi. 

Novel yang menggali kesenjangan sosial-ekonomi sungguh bukan sesuatu yang baru bagi banyak pembaca. Beruntungnya Aroma Karsa menyuguhkan jauh lebih banyak dari itu. Bahwa seorang pemuda yang dikirim kursus meracik parfum hingga ke Perancis sejatinya adalah seorang Banaspati, dan bahwa seorang pengusaha muda yang sanggup menaklukan hati pebalap nasional adalah bagian tak terpisah dari sekuntum bunga ajaib akan membuat siapapun mengernyitkan dahi. Sebelum akhirnya kagum pada cara penulis menyajikan cerita hingga semua kompleksitasnya justru membuat kita tak mau berhenti melahap halaman demi halaman.

Aroma Karsa adalah teman duduk sembari menikmati kopi sepanjang hari yang menyenangkan buat saya. Semoga bisa demikian juga untuk kamu. Tak soal tubuh sedang tak bisa kemana-mana, imajinasi tetap bisa berkelana sejauh-jauhnya. 


You Might Also Like

0 komentar